Renungan Hikmah Sebutir Nasi

RENUNGAN HIKMAH
S E B U T I R    N A S I


Ketika Sunan Kalijaga telah menyelesaikan ritualnya selama 40 hari, Sunan Bonang sebagai gurunya, memberikan sesuap nasi, dan Sunan kali jaga segera melahapnya sebab sangat laparnya, sehingga ada sebutir nasi yang menempel dipipinya. Melihat itu Sunan Bonang menegurnya, “Wahai Said (nama asli Sunan Kalijaga) dipipimu ada sebutir nasi yang tersisa”. Seketika Sunan Kali Jaga menepis dan membuangnya. Melihat hal itu mata Sunan Bonang berkaca-kaca seraya menegur muritnya dengan membacakan sebuah ayat “ Sesungguhnya orang-orang yang membuat sia-sia/mubadzir, meraka termasuk bagian dari saudara syetan”, Kemudian beliau melanjutkan perkataannya,”Maka jika kamu ingin membuangnya, niatkan untuk memberi makan kepada makhluk Alloh yang lain”.


Sering kita jumpai utamanya diacara  walimah/pesta tertentu, sebagian besar dari tamu tidak menghabiskan makanan yang disuguhkan, atau bahkan makanan itu dari takarannya sendiri karena hidangannya berbentuk prasmanan. Entah kenapa mereka membuangnya ? apakah karena terlalu kenyang ? ataukah karena gengsi khawatir dianggap rakus ?


Orang tua kita dulu mengatakan  “Habiskan makanannya jangan sampai ada yang tersisa, kalo tersisa nanti ayamnya mati” . Peringatan orang tua itu dulu baru kita ketahui maknanya setelah kita mengerti arti sebuah rizki.


Sebutir padi adalah  makhluk Alloh yang setiap saat berzikir kepada Alloh swt sebagaimana  Qs Al Hasyr : 24 “Seluruh apa yang ada dilangit dan bumi selalu bertasbih kepada Alloh swt”. Termasuk sebutir padi ini, yang senantiasa berzikir dan mungkin melebihi jumlah zikir seorang manusia. Dan karena ketaatannya itulah dia rela diapakan pun asalkan bisa dimakan makhluk Alloh yang paling mulia yaitu Manusia (QS. At Tin : 4)

Sebutir Nasi yang  ingin agar bisa dimakan makhluk Alloh yang Paling Mulia ini melalui proses yang sangat panjang, di mulai dari butiran padi yang ditanam oleh petani, dengan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang tidak sebentar, padi dapat dipanen. Tidak berhenti sampai disitu, padi harus dipisahkan dengan batangnya, lalu dijemur kemudian dimasukkan mesin untuk dikuliti sehingga jadilah beras. Untuk menjadi nasi, sebutir beras terlebih dulu dicuci oleh pemiliknya,  dimasukan satu tempat dan diberi air kemudian diproses dan dipanaskan. Kemudian jadilah nasi. Lalu apakah ketika sudah menjadi sebutir nasi sudah pasti dimakan Manusia ??? jawabannya belum tentu, karena bisa jadi ada butiran-butiran nasi itu tersisa ditempat masak, dientong disendok atau bahkan terbuang sia-sia.


Membuang sebutir nasi adalah bertentangan dengan  doa yang di baca sebelum dan sesudah  makan. Sebelum makan  menyebut nama Alloh, memohon agar diberikan keberkahan rizki dan dijauhkan dari neraka “ ” Setelah makan  memuji Alloh swt dan agar selalu dijadikn seorang Muslim yang baik , “Alhamd.....dst”


Tapi apa yang sudah dilakukan sebagian manusia dewasa ini? Mereka berbuat justru menyalahi doanya dengan membuang sisa makanan dengan sia-sia,” meminta berkah tapi justru berbuat buruk dengan membuangnya, minta dijauhkan neraka tapi malah mendekatkatinya  dengan membuang nasi. Setelah makan Memuji Alloh  dan bersyukur tapi menyia-nyiakan rizki Alloh dan mengkufurinya dengan membuangnya, dipenutup  doanya ingin jadi seorang muslim yang baik justru membohonginya dengan membuang sebutir nasi itu. ASTAGHFIRULLOHAL’ADZIM .....


Dengan sebutir nasi semoga hidup ini BERKAH.


Oleh :
M. Sirojuddin Ch, S.Ag. M.HI (Penyuluh Agama Islam Kemenag Kab. Mojokerto)

No comments